ASKEB II Fisiologi Kala III


ASKEB II
Fisiologi Kala III


Mekanisme Pelepasan Plasenta
Pengawasan Perdarahan

Ropitasari, SSiT
KALA III PERSALINAN
·         Kala III sering disebut dg. pelepasan plasenta.
·         Batasan: dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
·         Merupakan Waktu paling kritis unt. mencegah perdarahan: ketika plasenta lahir & segera setelah itu.
·         Manajemen Aktif Kala III akan percepat kelahiran plasenta dan mencegah maupun mengurangi perdarahn post partum.

Fisiologi Persalinan Kala III
·         Kontraksi pada otot uterus mengikuti penyusutan volume rongga uterus ssd bayi lahir.
·         Penyusutan ini sebabkan berkurangnya ukuran tempat plasenta, karena tempat perlekatan makin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, mka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
·         Setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
#Pelepasan fisiologi dari uterus:
1.Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh, tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah kontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear/ alpukat. Fundus berada di atas pusat (sering di sisi sebelah kanan)


2.Tali pusat memanjang (tanda Ahfeld)

3.Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu gaya gravitasi

Manajemen Aktif Kala III
Tujuan:
            ~ Menghasilkan kontraksi uterus agar lebih efektif shg
               mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
               mengurangi kehilangan darah vs kala III fisiologis
            ~Mencegah atonia uteri dan retensi plasenta
Keuntungan:
            a. Persalinan kala III lebih singkat
            b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
            c. Mengurangi kejadian retensio plasenta

#Tiga Lagkah Utama Manajemen Aktif Kala III:
1. Oksitosin menit pertama setelah bayi lahir
2. Penegangan tali pusat terkendali
3. massage fundus uteri

§  Pemberian Suntikan Oksitosin
1.Segera setelah bayi lahir, lakukan jepit dan potong tali pusat
2.Serahkan bayi yang terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI
   Letakkan kain di atas perut ibu untuk mencegah kontaminasi tangan
   penolong
3.Periksa uterus untuk memastikan tak ada bayi yang lain. Hati-hati
   jangan menekan kuat korpus uteri karena dapat terjdai kontraksi
   tetanik yang akan mempersulit pengeluaran plasenta.
4.Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
   Segera dlm 1 menit pertama suntikkan oksitosin 10 U IM
5.Agar bisa merangsang fundus unt berkintraksi sehingga membantu
  pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

Berikan Misoprostol 600 mcg(oral/ sub lingual) unt pengganti oksitosin
Bila tak ada Oksitosin, minta ibu unt menyusui segera atau stimulating putting susu agar mempercepat kontraksi

§  Penegangan Tali pusat Terkendali
1.Berdiri disamping ibu
2.Pindahkan klem sekitar 5- 20 cm mendekati vulva.
3.Letakkan tangan lain(kiri) pd abdomen ibu (beralaskan kain)
   tepat diatas simphisis pubis. Gunakan tangan ini unt meraba
   kontraksi uterus saat melakukan peneganan tali pusat.
  Setelah kontraksi kuat,tegangkan tali pusat dengan satu
  tangan dan tangan lain. (Pada dinding abdomen) menekan
   uterus ke arah kepala ibu (dorso kranial).

Lakukan hati- hati unt mencegah inversio uteri

4.Bila plasenta belum lepas, tunggu uterus selesai berkintraksi
   (sekitar 2-3 menit berselang) unt mengulangi kembali penegangan tali pusat.
5.Saat uterus berkontraksi (menjadi bulat atau tali pusat
   menjulur dan Korpus bergerak keatas) menandakan tali
   pusat telah lepas dan dapat dilahirkan
6.Bila langkah 5 belum berhasil, dan plasenta tidak turun
   setelah 30- 40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan
   tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan pelepasan tali
   pusat, jangan teruskan
Penegangan tali pusat:


a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta

b.Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan beri tekanan dorso kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah tesebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terl;epas dari dinding uterus
7. Setela plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui intoitus vaginae. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai ( mengikuti poros jalan lahir).

  Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan
  mencegah kehilangan darah yang tidak perlu

Jangan melakukan penegangan tali pusat
tanpa diikuti tekanan dorso kranial
secara serentak pada bagian bawah
uterus. (diatas simphisis)

Pada saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan oplasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya utnuk diletakkan di dalam wadah penampung. Karana selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

9.Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan untuk melahirkan selaput ketuban. Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu menccegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.

10. Jika selaput ketuban robek dan tertoinggal di dalam saat melahirkan opalsenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan selaput ketuban yang ada.


0 komentar:

Posting Komentar