Temuan Normal dan Abnormal dari Partograf
1. Denyut Jantung Janin
Normal : 120 – 160 x/menit
Abnormal : < 120 x /menit atau > 160 x /menit
(curigai adanya gawat janin)
Normal : 120 – 160 x/menit
Abnormal : < 120 x /menit atau > 160 x /menit
(curigai adanya gawat janin)
Penanganan :
a. Bila sedang dalam infus
oksitosi, segera hentikan.
b. Ibu berbaring miring ke
kiri.
c. Cari penyebab DJJ
yang abnormal, misalnya ibu demam/efek obat tertentu. Bila penyebab diketahui,
atasi permasalahannya.
d. Lakukan PD untuk
mengetahui hal-hal berikut :
1) Kemajuan persalinan
2) Adakah kompresi tali pusat
3) Air ketuban sedikit
e. Bila terdapat
oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali pusat diatasi dengan
amnio infuse
f.
Bila DJJ tetap
abnormal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai syarat tindakan:
1) EV.EF atau
2) SC
g. Pada kala II sebanyak
30-40% dapat terjadi bradikardi akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak
perlu tindakan.
2. Air Ketuban
Normal :
a. U : selaput utuh
b. J : selaput pecah, air
ketuban jernih
Abnormal :
a. M : Air ketuban bercampur
mekonium
b. D : Air ketuban bercampur
darah
c. K : Tidak ada cairan
ketuban/kering
Penanganan :
a.
Jangan biarkan bayi
kedinginan, bersihkan mulut dan jalan nafas.
b.
Lakukan resusitasi
(respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk
mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mounth to mounth
respiration, heart massae (masase jantung) atau menekan dan melepaskan dada
bayi. Pemberian O2 harus hati-hati, terutama pada bayi premature bisa
menyebabkan lenticlar fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari
35% dan lebih dari 24 jam sehingga bayi menjadi tua.
c.
Gejala perdarahan
otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat di
rendahkan supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
d.
Pemberian coramine,
lobelin, sekarang tidak dilakukan lagi.
e.
Kalau ada dugaan
perdarahan otak diberikan injeksi vitamin K 1-2 mg
f.
Berikan
tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
3. Perubahan Bentuk Kepala
Normal :
Normal :
0 :
Sutura terpisah
1 :
Pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat/bersesuaian
2 :
Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
Abnormal :
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna digolongkan dalam malpersentasi.
Abnormal :
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna digolongkan dalam malpersentasi.
4. Penurunan Kepala
Normal :
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala semakin turun hingga dasar panggul
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala semakin turun hingga dasar panggul
Abnormal :
- Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
- Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami kemajuan yang kurang baik, pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.
- Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
- Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami kemajuan yang kurang baik, pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.
Penanganan :
- Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3 dan kepala tidak turun walaupun ada his
- Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3 dan kepala tidak turun walaupun ada his
Penanganan CPD :
a. Secsio Cesarea dapat
dilakukan secara efektif atau primer yakni sebelum persalinan mulai atau pada
awal persalinan berlangsung selama beberap waktu.
1) SC efektif direncanakan
lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup berat atau karena terdapat CPD
yang nyata.
2) Selain itu SC tersebut
diselenggarakan pada kesempitan ringan, apabila ada faktor-faktor lain yang
merupakan komplikasi seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.
3) SC sekunder dilakukan
karena persalinan percobaan dianggap gagal atau karena indikasi untuk
menyelesaikan persalinan secepat mungkin sedangkan syarat-syarat untuk
persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.
b. Partus Percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan berhubungan antara kepala janin dan panggul dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat sehingga diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan berhubungan antara kepala janin dan panggul dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat sehingga diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
5. Pembukaan Mulut
Rahim/Servik
Normal :
Normal :
Kecepatan
pembukaan servik paling sedikit 1 cm/jam selama persalinan
a. Fase aktif berlangsung
disebelah kiri garis waspada.
b. Servik dipenuhi oleh
bagian terbawah dari janin
Abnormal:
Kecepatan pembukaan servik lebih lambat
a. Fase aktif
berlangsung disebelah garis waspada
Penanganan :
a. Fase aktif > 8 jam :
1)
Bila tidak ada
perubahan penipisan dan pembukaan servik serta tak didapatkan tanda gawat
janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
2)
Bila didapatkan
perubahan dalam penipisan dan pembukaan servik, lakukan drip oxsitosin dengan 5
unit dalam 500 cc dextrose/NaCl mulai dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit
ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan
preparat prostaglandin. Lakukan penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak
masuk fase aktif setelah dilakukan oxsitosin lakukan SC.
3)
Pada daerah yang
prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama
pemberian oxitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV.
4)
Bila didapatkan tanda
adanya amnionitis, berikan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc dextrose
/ NaCl mulai dengan 8 tetes / menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai
his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin serta
obati infeksi dengan ampisilin 29 IU sebagai dosis awal dan 1 gram IU setiap 6
jam dan gentamisin 2 x 8 gram.
6. W a k t u
Normal :
Normal :
a. Fase aktif tidak boleh
> 8 jam
b. Persalinan tidak
berangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Abnormal :
a. Fase aktif > 8 jam
b. Persalinan telah
berlangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Penanganan :
Persalinan yang telah berlangsung > 12 jam :
a. Upaya mengedan ibu
menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari
itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan. Mengedan dan menahan nafas
yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ. Bradikardi yang lama
mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat, dalam hal ini lakukan tindakan
extraksi vacuum / forceps bila syarat terpenuhi.
b. Bila mal persentasi dan
tanda obstruksi bisa di singkirkan berikan oxsitosin drip. Bila pemberian
oxitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vacum /
forceps bila persyaratan dipenuhi lahirkan dengan SC bila persyaratan vacuum
dan forceps tidak dipenuhi.
7. Kontraksi
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Penanganan :
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Penanganan :
a. Kontraksi uterus tidak
adekuat (inersia Uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi/obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uters yang tidak adekuat.
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi/obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uters yang tidak adekuat.
1) Lakukan induksi dengan
oxsitosin 5 IU dalam 500 cc Dextrose (NaCl) / prostaglandin.
2) Evaluasi ulang
dengan pemeriksaan vaginal setiap jam :
Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
8. Tekanan Darah
Normal :
Normal :
a. Sistolik : 110-140 mmHg
b. Diastolik : 60-80 mmHg
Abnormal :
a. Sistolik : < 110 atau
>140 mmHg
b. Diastolik : < 60 atau
>90 mmHg
9. Urin :
Normal :
Normal :
a. 300 -350 mmHg, tidak ada
proteinuri dan aseton
Abnormal :
Terdapat
aseton dan proteinuri
Penanganan :
Penanganan :
a. Jika tekanan diastolik
> 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-110
mmHg.
1) Pasang infuse RL dengan
jarum besar (16 gauge/>)
2) Ukur keseimbangan cairan,
jangan sampai terjadi overload
3) Kateterisasi urin untuk
pengeluaran volume dan proteiniru.
4) Jika jumlah urin < 30
ml perjam :
a) Infuse cairan
dipertahankan 11/8 jam
b) Pantau kemungkinan
edem paru
c) Jangan tinggalkan pasien
sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
d) Observasi
tanda-tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam
e) Auskultasi paru
untuk mencari tanda-tanda edem paru. Krepitasi merupakan tanda-tanda edem paru,
jika edem paru, stop pemberian cairan, dan berikan deuretik misanya Furesemide
40 mg IU.
f) Nilai pembekuan
darah dengan uji pembekuan bed side. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulapati.
10. N a d i
Normal :
Normal :
50 x /
menit – 100 x / menit
Abnormal :
Abnormal :
Denyut
nadi ibu meningkat, mungkin dalam keadaan dehidrasi.
Penanganan :
Penanganan :
Beri
minum yang cukup, evaluasi kondisi patologis lain.
11. S u h u
Normal :
Normal :
36 – 37,5
oC
Abnormal :
> 37,5
oC (infeksi)
<
36 oC (dehidrasi)
Penanganan :
Penanganan :
Lakukan
penanganan infeksi.
Pustaka
:
http://www.pustaka-zikzik.co.cc/2009/10/persalinan-02.html, oleh zikzik, diakses 24 april
pkl 19.27,,judul :persalinan
Sumapraja,
Suradi.2001. “Partograf WHO” . Jakarta : Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UI
0 komentar:
Posting Komentar