MEMBERIKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA III
A.
Fisiologi kala III
Kala III dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Tujuan dari
penanganan tahap ketiga ialah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang
dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman. Segera setelah bayi
lahir akan diikuti dengan lahirnya plasenta yang diawali dengan Pada umumnya
kala III berlangsung ± 6 menit setelah bayi lahir.
Plasenta melekat pada lapisan desidua lapisan basal tipis endometrium oleh
banyak vili fibrosa sama seperti sebuah perangko yang ditempel pada sebuah
amplop. Setelah janin dilahirkan dengan adanya kontraksi uterus yang kuat, sisi
plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah dan plasenta
akan lepas dari perlekatannya. Dalam keadaan normal, beberapa kontraksi kuat
pertama lima sampai tujuh menit kelahiran bayi plasenta akan lepas dari lapisan
basal. Plasenta tidak akan mudah lepas dari uterus yang kendur karena ukuran
permukaan sisi plasenta tidak akan berkurang. Pelepasan plasenta diindikasikan
dengan tanda-tanda sebagai berikut :
· Fundus yang
berkontraksi kuat
· Perubahan
bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta
bergerak ke arah segmen bagian bawah
· Darah
berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus
· Vagina
(plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau rectum atau membrane janin
terlihat di introitus
Selain itu untuk mengetahahui plasenta telah epas atau belum maka dapat
dilakukan 3 prasat yaitu :
a.
Perasat Kustner
b.
Perasat Strassmann
c.
Perasat Klein
1.
Mekanisme pelepasan plasenta
Kala III dimulai dari menebalnya dinding uterus yang
bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih
tipis, selanjutnya uterus berkontraksi ditandai oleh menebalnya dinding uterus
tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
kemudian plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas.
Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan
otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi
permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
Selanjutnya adalah pengeluaran plasenta, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat
plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah
kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan
selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Secara klinis
tidak penting apakah plasenta pertama-tama tampak pada permukaan janin yang
licin/pelepasan dimulai dari tengah (mekanisme schultze) 80 % atau plasenta
berputar sehingga yang terlihat permukaan maternalnya yang kasar atau lepas
dari pinggir plasenta (mekanisme Mathews-Duncan ) 20 %. Lama kala tiga pada
persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan
ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari
tempat implantasinya. lepasnya plasenta dari bagian sentral disertai perdarahan
retroplasenta-uterus berubah dari bentuk cakram menjadi bulat-Plasenta telah
sepenuhnya lepas dan memasuki segmen uterus bagian bawah-Uterus berbentuk
bulat-plasenta memasuki vagina-tali pusat terlihat bertambah panjang,
dan perdarahan dapat meningkat-ekspulsi plasenta dan berakhirnya kala III.
2.
Pengawasan pendarahan
Setelah
plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda penurunan
kesadaran atau perubahan pernafasan . karena adanya perubahan kardiovaskuler
yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan dan
pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode
dimana dapat terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan
emboli cairan amnion pada paru-paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan
cairan amnion memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan
cepat dan baik.
B. Manajemen aktif kala III
Manajemen
aktif kala III dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian pastikan bahwa
janin yang dilahirkan adalah tunggal dan tidak ada janin selanjutnya yang harus
dilahirkan, setelah dipastikan bahwa janin tunggal, langkah selanjutnya adalah
manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III
dilakukan untuk mencegah masalah selama proses kelahiran plasenta dan
sesudahnya. Berdasarkan hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa manajemen
aktif kala III persalinan dapat menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum,
mengurangi lamanya kala III dan mengurangi penggunaan transfuse darah dan
terapi oksitosin. WHO telah merekomendasikan kepada semua dokter dan bidan
untuk melaksanakan manajemen aktif kala III, apabila manajemen aktif kala III
dapat dilakukan dengan benar dan sistematis diharapkan kala III dan selanjutnya
akan dapat dilewati dengan aman.
Manajemen aktif kala III terdiri atas beberapa poin penting yaitu
Pemberian oksitosin
|
Setelah plasenta berhasil dilahirkan selanjutnya
menggosok secara sirkuler uterus pada abdomen untuk menjaga agar tetap keras
dan berkontraksi dengan baik sehingga dapat mendorong keluar setiap gumpalan
darah.
|
Tali pusat diklem, plasenta
dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan kontra peregangan
pada fundus
|
0 komentar:
Posting Komentar